BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Studi prilaku organisasi adalah telaah tentang pribadi
dan dinamika
kelompok dan konteks organisasi,
serta sifat organisasi itu sendiri. Setiap kali orang berinteraksi dalam
organisasi, banyak faktor yang ikut bermain. Studi organisasi berusaha untuk
memahami dan menyusun model-model dari faktor-faktor ini.
Seperti halnya dengan semua ilmu sosial, perilaku
organisasi berusaha untuk mengontrol, memprediksikan, dan menjelaskan. Namun ada sejumlah
kontroversi mengenai dampak etis dari pemusatan perhatian terhadap perilaku
pekerja. Karena itu, perilaku organisasi (dan studi yang berdekatan dengannya,
yaitu psikologi
industri) kadang-kadang dituduh telah menjadi alat ilmiah bagi
pihak yang berkuasa. Terlepas dari tuduhan-tuduhan itu, Perilaku Organisasi
dapat memainkan peranan penting dalam perkembangan organisasidan
keberhasilan kerja, yang diantaranya membahas tentang Kepribadian dan Emosi,
kedua hal tersebut sangat berkaitan erat dengan prilaku organisasi.
Kepribadian dan emosi akan mempengaruhi individu
didalam sebuah organisasi. Maka dari itu sangat diperlukan seseorang untuk tahu
dan mengerti apa itu kepribadian dan emosi baik dari segi pengertian, ciri –
ciri, dll. Dengan penguasaan materi tentang Kepribadian dan Emosi ini
diharapkan setiap individu akan bisa menempatkan dirinya didalam sebuah
organisasi setelah menguasai materi tersebut. Keberhasilan sebuah organisasi
sangat ditentukan oleh setiap individu di dalamnya.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah definisi dari Kepribadian dan emosi, ciri –
ciri, dimensi emosi, serta pengaruhnya terhadap prilaku dalam organisasi
?
1.3 Tujuan Penulisan
- Untuk
mengetahui definisi dari Kepribadian dan emosi secara psikologis maupun
definisi sehari harinya, ciri – ciri, atribut kepribadian utama yang
mempengaruhi prilaku oraganisasi, serta mengetahui kepribadian dan budaya
nasional.
- Untuk
mengetahui dimensi dimensi emosi dan batas ekternal emosi terhadap perilaku organisasi.
1.4 Manfaat Penulisan.
- Manfaatnya
untuk Mahasiswa adalah sebagai panduan atau tunjangan dalam mata kuliah Prilaku
organisasi.
- Manfaatnya
untuk Masyarakata dan dunia kerja, jika seseorang telah mengerti apa itu
kepribadian dan emosi dan tau cara mengendalikannya dalam dunia organisasi maka
akan sangat berguna untuk kemajuan sebuah perusahaan dan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Perilaku Organisasi.
Menurut Thoha (2007:5) perilaku organisasi merupakan
suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu
organisasi atau suatu kelompok tertentu.
Menurut Duncan dalam Thoha (2007:5) hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam suatu perilaku organisasi adalah sebagai berikut:
a.
Studi perilaku organisasi termasuk didalamnya
bagian-bagian yang relevan dari semua ilmu tingkah laku yang
berusaha menjelaskan.
b.
Tindakan-tindakan manusia didalam organisasi.
c.
Perilaku organisasi sebagaiman suatu disiplin ilmu
mengenai bahwa individu dipengaruhi oleh bagaimana pekerjaan diatur adan
siapa yang bertanggung jawab untuk pelaksanaannya.
d.
Walaupun dikenal adanya keunikan pada individu,
namun perilaku organisasi masih memusatkan pada kebutuhan manajer untuk
menjamin bahwa keseluruhan tugas pekerjaan yang bisa dijalankan.
2.2 Pengertian Kepribadian.
Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam
berpikir, merasakan dan berperilaku yang relatif stabil dan dapat
diperkirakan (Dorland, 2002). Kepribadian juga merupakan jumlah total
kecenderungan bawaan atau herediter dengan berbagai pengaruh dari
lingkungan serta pendidikan, yang membentuk kondisi kejiwaan seseorang
dan mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan (Weller, 2005).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian
meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat diperkirakan
pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan
diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan
satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu.
2.3 Pengertian Emosi.
Istilah emosi menurut Daniel Goleman (1995), seorang
pakar kecerdasan emosional, yang diambil dari Oxford English Dictionary
memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan,
nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Lebih lanjut ia
mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang
khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecendrungan untuk
bertindak. Menurut Chaplin (1989) dalam Dictionary of psychology, emosi adalah
sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup
perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan
perilaku. Chaplin (1989) membedakan emosi dengan perasaan, parasaan (feelings)
adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun
oleh bermacam-macam keadaaan jasmaniah. Menurut Crow & Crow (1958), emosi
adalah “an emotion, is an affective experience that accompanies generalized
inner adjustment and mental and physiological stirredup states in the
individual, and that shows it self in his evert behaviour”. Jadi, emosi adalah
warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Menurut
Hurlock (1990), individu yang dikatakan matang emosinya yaitu:
a.
Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara
sosial. Individu yang emosinya matang mampu mengontrol ekspresi emosi yang
tidak dapat diterima secara social atau membebaskan diri dari energi fisik dan
mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
b.
Pemahaman diri. Individu yang matang, belajar memahami
seberapa banyak kontrol yang dibutuhkannya untuk memuaskan kebutuhannya dan
sesuai dengan harapan masyarakat
c.
Menggunakan kemampuan kritis mental. Individu yang
matang berusaha menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya, kemudian
memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi tersebut Kematangan
emosi (Wolman dalam Puspitasari, 2002) dapat didefinisikan sebagai kondisi yang
ditandai oleh perkembangan emosi dan pemunculan perilaku yang tepat sesuai
dengan usia dewasa dari pada bertingkahlaku seperti anak-anak. Semakin
bertambah usia individu diharapkan dapat melihat segala sesuatunya secara
obyektif, mampu membedakan perasaan dan kenyataan, serta bertindak atas dasar
fakta dari pada perasaan.
Menurut Kartono (1988) kematangan emosi sebagai
kedewasaan dari segi emosional dalam artian individu tidak lagi terombang
ambing oleh motif kekanak- kanakan. Chaplin (2001) menambahkan emosional
maturity adalah suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari
perkembangan emosi dan karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi
menampilkan pola emosional yang tidak pantas.
Smith
(1995) mendefinisikan kematangan emosi menghubungkan dengan karakteristik orang
yang berkepribadian matang. Orang yang demikian mampu mengekspresikan rasa
cinta dan takutnya secara cepat dan spontan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa emosi adalah suatu respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan
perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung
kemungkinan untuk meletus.
2.4 Definisi Kepribadian.
Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana
seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain.
Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa
diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
2.4.1 Kepribadian menurut pengertian sehari-hari.
Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri
yang menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan
atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut
“berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan
semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”.
Berdasarkan penjelasan Gordon Allport tersebut
kita dapat melihat bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek
psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi,
kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport
menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh
Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir
50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya,
akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih
lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam
diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik
dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian
kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian
diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral
maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri,
ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan
antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
2.5 Faktor Penentu Kepribadian.
2.5.1 Faktor keturunan.
Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang
individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah
karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara
substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari
individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis,
dan psikologis bawaan dari individu. Terdapat tiga dasar penelitian yang
berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa
faktor keturunan memiliki peran
penting dalam menentukan kepribadianseseorang.
Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan
temperamen anak-anak.
Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar
ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu
ke waktu dan
dalam berbagai situasi. Penelitian terhadap
anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor
keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan
dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa
sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor
seperti tinggi badan dan warna rambut.
Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100
pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara
terpisah. Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku,
ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak kembar
ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan
bahwa lingkungan pengasuhan
tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata lain,
kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan
di keluarga yang
berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian
seorang kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya
yang dibesarkan bersama-sama.
2.5.2 Faktor lingkungan.
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap
pembentukan karakter adalah lingkungan dimanaseseorang tumbuh dan dibesarkan norma dalam keluarga, teman, dan kelompok
sosial, dan pengaruh-pengaruh lain
yang seorang manusia dapat alami.
Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian
seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu
sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki
sedikit pengaruh pada kultur yang
lain. Misalnya, orang orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan,
keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melaluibuku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius
dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu
lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.
2.6 Ciri – ciri Kepribadian.
Semakin konsisten karakteristik individu dan semakin
sering terjadi dalam berbagai situasi, maka semakin penting ciri-ciri itu untuk
menggambarkan individu.
a.
Pencarian awal atas ciri-ciri
primer : Ada 16 ciri-ciri yang dianggap sebagai sumber perilaku
yang konstan dan mantap yaitu : pendiam – ramah, kurang cerdas – lebih cerdas,
dipengaruhi oleh perasaan – stabil secara emosional, penurut – dominan, serius
– tak kenal susah, bijaksana – berhati-hati, malu-malu – suka bertualang, keras
– sensitif, percaya – curiga, praktis – imaginatif, jujur – lihai, yakin –
ragu-ragu, konservatif, suka bereksperimen, tergantung kelompok – mandiri, tak
terkendali – terkendali, santai – tegang.
b.
The Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) :
adalah salah satu kerangka kerja kepribadian dengan 100 pertanyaan yang
menanyakan kepada orang bagaimana mereka biasanya bertindak atau merasa dalam
situasi tertentu. Individu pada akhirnya akan diklasifikasikan sebagai
ekstrovet (E) dan intovert (I), sensing (S) atau intuitif (N), berpikir (T)
atau merasa (F), dan memahami (P) atau menilai (J). Hasilnya nanti akan
dirangkai seperti misalnya INTJ dalah kaum visioner, ESTJ adalah
pengorganisasi, ENTP adalah pengagas, dllnya.
c.
Model lima besar :
adalah 5 dimensi dasar hasil riset terbaru yang melandasi semua ciri dan
meliputi sebagian besar variasi yang signifikan dalam kepribadian manusia,
yaitu :
- Ekstraversi
: mencakup tingkat kesenangan seseorang akan hubungan. Orang yang ekstravert
akan cenderung suka berkelompok, tegas, dan mampu bersosialisasi. Kaum
introvert cenderung pendiam, malu-malu, dan tenang.
- Kemampuan
untuk bersepakat : merujuk pada kecennderungan untuk tunduk pada orang lain.
Orang yang skornya tinggi akan kooperatif, hangat, dan percaya. Sedangkan yang
rendah akan dingin, tidak mampu bersepakat, dan antagonistik.
- Sifat
mendengarkan suara hati : merupakan ukuran dari keandalan. Orang yang peka
terhadap suara hati akan bertanggung jawab, terorganisir, dapat dipercaya, dan
gigih. Sedangkan yang sebaliknya akan mudah bingung, tidak terorganisir, dan
tidak handal.
- Stabilitas
emosional : merujuk pada kemampuan untuk bertahan terhadap stress. Orang yang
skornya tinggi akan cenderung tenang, percaya diri, dan aman. Yang sebalinya
akan cenderung gelisah, cemas, gugup, tertekan, dan tidak aman.
- Keterbukaan
terhadap pengalaman : merujuk pada kisaran minat individual dan kekaguman
terhadap hal baru. Orang yang terbuka akan kreatif, ingin tahu, dan sensitif
secara artistik. Sedangkan yang sebaliknya akan konvensional dan menemukan
kenyamanan dalam keakraban.
Penelitian atas kredibilitas Lima Besar ini
menghasilkan sejumlah besar bukti bahwa individu yang dapat dipercaya, andal,
hati-hati, teliti, mampu membuat rencana, terorganisasi, kerja keras, gigih,
dan berorientasi pada prestasi cenderung memilki jabatan yang lebih tinggi
dalam sebagian besar atau semua kedudukan.
2.7 Kepribadian Utama Yang
Mempengaruhi Prilaku Organisasi.
2.7.1 Evaluasi inti diri.
Evaluasi inti diri adalah tingkat di mana individu
menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri
mereka cakap dan efektif, dan apakah mereka merasa memegang kendali atau tidak
berdaya atas (lingkungan) mereka. Evaluasi inti diri seorang individu
ditentukan oleh dua elemen utama: harga diri dan
lokus kendali. Harga diri didefinisikan sebagai tingkat menyukai diri
sendiri dan tingkat sampai mana individu menganggap diri mereka berharga atau
tidak berharga sebagai seorang manusia.
2.7.2 Machiavellianisme.
Machiavellianisme adalah tingkat di mana seorang
individu pragmatis, mempertahankan jarak emosional, dan yakin bahwa hasil lebih
penting daripada proses. Karakteristik kepribadian Machiavellianisme berasal
dari nama Niccolo Machiavelli, penulis pada abad keenam belas yang menulis
tentang cara mendapatkan dan menggunakan kekuasaan.
2.7.3 Narsisisme.
Narsisisme adalah
kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa kepentingan diri yang berlebihan,
membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri. Sebuah
penelitian mengungkap bahwa ketika individu narsisis berpikir mereka adalah
pemimpin yang lebih baik bila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan
mereka sebenarnya menilai mereka sebagai pemimpin yang lebih buruk. Individu
narsisis seringkali ingin mendapatkan pengakuan dari individu lain dan
penguatan atas keunggulan mereka sehingga individu narsisis cenderung memandang
rendah dnegan berbicara kasar kepada individu yang mengancam mereka. Individu
narsisis juga cenderung egoisdan eksploitif, dan acap kali
memanfaatkan sikap yang dimiliki individu lain untuk keuntungannya.
2.7.4 Pemantauan diri.
Pemantauan diri adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan
perilakunya dengan faktor situasional eksternal. Individu dengan tingkat
pemantauan diri yang tinggi menunjukkan kemampuan yang sangat baik dalam
menyesuaikan perilaku dengan faktor-faktor situasional eksternal. Bukti
menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi cenderung
lebih memerhatikan perilaku individu lain dan pandai menyesuaikan diri bila
dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat pemantauan diri yang rendah.
2.7.5 Kepribadian tipe A.
Kepribadian tipe A adalah keterlibatan secara agresif
dalam perjuangan terus-menerus untuk mencapai lebih banyak dalam waktu yang
lebih sedikit dan melawan upaya-upaya yang menentang dari orang atau hal lain.
Dalam kultur Amerika Utara, karakteristik ini cenderung dihargai dan dikaitkan
secara positif dengan ambisi dan perolehan barang-barang material yang
berhasil. Karakteristik tipe A adalah:
selalu bergerak, berjalan, dan makan cepat;
- merasa tidak sabaran;
- berusaha keras untuk melakukan atau memikirkan dua hal pada saat yang bersamaan;
- tidak dapat menikmati waktu luang;
- terobsesi dengan angka-angka, mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah hal yang bisa mereka peroleh.
2.7.6 Kepribadian proaktif
Kepribadian proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis,
berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan
yang berarti. Pribadi proaktif menciptakan perubahan positif daalam lingkungan
tanpa memedulikan batasan atau halangan.
2.8 Kepribadian Dan Budaya Nasional.
Tidak ada tipe kepribadian umum untuk satu negara
tertentu. Namun budaya suatu negara mempengaruhi karakteristik yang dominan
dari penduduknya, Ini dapat dilihat dengan memperhatikan lokus kendali dan
kepribadian tipe A. Misalnya saja, dalam budaya seperti Amerika Utara, orang
percaya bahwa mereka dapat mendominasi lingkungan mereka, sebaliknya dengan
orang-orang di Timur Tengah. Hal ini menyebabkan proporsi orang-orang internal
dalam angkatan kerja Amerika lebih besar daripada angkatan kerja Arab saudi dan
Iran.
Sedangkan kepribadian tipe A akan paling banyak di
negara-negara kapitalis, misalnya Amerika dan Kanada, dimana prestasi dan
keberhasilan material sangat dihargai. Sementara dinegara seperti Swedia dan
Prancis tidak.
2.9 Mencapai Kecocokan Kepribadian.
Kecocokan orang dengan pekerjaan adalah
mencocokkan enam tipe kepribadian dan mengemukakan bahwa kecocokkan antara tipe
kepribadian dan lingkungan kedudukan menentukan kepuasan dan keluar masuknya
karyawan. Teori ini dikemukakan oleh John Holland, tipe-tipenya antara lain :
a.
Realistis : menyukai kegiatan fisik yang menuntut
ketrampilan, kekuatan, dan koordinasi. Karakternya adalah pemalu, tahan,
stabil, mudah menyesuaikan diri, dan praktis.
b.
Investigatif : menyukai kegiatan yang mencakup
pemikiran, pengorganisasian, dan pemahaman. Karakternya adalah analitis, asli,
ingin tahu, dan independen.
c.
Sosial : menyukai kegiatan yang mencakup membantu dan
mengembangkan yang lain. Karakternya adalah mampu bergaul, bersahabat,
kooperatif, dan memahami.
d.
Konvensional : menyukai kegiatan yang diatur dengan
peraturan, jelas, dan tidak bersifat mendua. Karakternya adalah
mudahmenyesuaikan diri, efisien, praktis, tidak imaginatif, tidak luwes.
e.
Enterprising : menyukai kegiatan verbal dimana ada peluang
untuk mempengaruhi yang lai dan mendapatkan kekuasaan. Karakternya adalah
percaya diri, ambisi, energetik, dan mendominasi.
f.
Artistik : menyukai kegiatan yang bersifat mendua dan
tidak sistematik, yang memungkinkan ekspresi yang kreatif. Karakternya adalah
imaginatif, tidak teratur, idealistis, emosional, dan tidak praktis.
Teori ini mengatakan bahwa kepuasan paling tinggi
berarti keluar masuknya karyawan paling rendah bila kepribadian dan
kedudukan/jenis pekerjaannya sesuai.
Kecocokan
organisasi-orang : yaitu bahwa orang meninggalkan
pekerjaan yang tidak cocok dengan kepribadiannya.
2.10 Definisi Emosi.
Sebuah organisasi yang berjalan baik adalah organisasi
yang berhasil meniadakan frustasi, takut, marah, benci, marah, gembira, dls.
Emosi-emosi tersebut adalah antithesis dari rasionalitas. Beberapa emosi,
terutama bila ditampilkan pada saat yang salah, dapat mengurangi kinerja
karyawan. Namun realitasnya tetap saja bahwa karyawan membawa serta satu
komponen emosi bersama mereka ke tempat kerjanya dan tidak ada studi yang
komprehensif tanpa mempertimbangkan peran dari emosi ditempat kerja.
Berkaitan dengan emosi, ada 3 hal yang terjalin erat
satu sama lain, yaitu pengaruh (affect), emosi, dan suasana hati (mood).
Pengaruh meliputi kisaran luas perasaan yang dialami orang, merupakan satu
konsep yang meliputi baik emosi maupun suasana hati. Akhirnya, suasana hati
adalah perasaan yang cenderung menjadi kirang intens dibandingkan emosi, dan
yang kekurangan stimulus kontekstual.
Emosi adalah reaksi terhadap suatu objek, bukan suatu
sifat. Sedangkan suasana hati tidak dikaitkan dengan suatu objek. Emosi dapat
berubah menjadi suasana hati bila kita kehilangan fokus pada objek yang
kontekstual.
Berkaitan dengan perilaku organisasi, satu istilah
yang terkait adalah tenaga kerja emosional, yang terjadi apabila karyawan
mengekspresikan secara organisasional emosi yang diinginkannya selama transaksi
antar pribadi. Dulunya konsep ini dikembangkan berkaitan dengan
pekerjaan-pekerjaan jasa, namun dewasa ini konsep tersebut telah menjadi
relevan dengan hampir setiap pekerjaan. Dalam tuntutannya, karyawan perlu
membedakan antara emosi yang dirasakan dengan emosi yang ditunjukkan agar tidak
terjadi dilema.
2.11 Dimensi emosi.
Emosi
ada beberapa jenis berdasarkan :
1.
Varietas : riset mengidentifikasikan enam emosi yang
universal, yaitu kemarahan, ketakutan, kesedihan, kegembiraan, kejijikan, dan
kejutan. Enam emosi ini dapat dikonseptualisasikan sebagai terus ada sepanjang
satu kontinuum, dimana semakin dekat jarak dua emosi apapun pada kontinuum
tersebut akan semakin membingungkan orang. Contohnya adalah kebahagiaan dan
kejutan sering dikacaukan, sementara kebahagiaan dan kemuakan jarang sekali.
- Intensitas : ekspresi yang berbeda dari intensitas emosi yang sama bisa disebabkan dari kepribadian ataupun tuntutan ditempat kerja. Ada orang yang terkendali, tidak pernah memperlihatkan rasa marah, namun ada pula yang sebaliknya. Tentu saja hal ini harus disesuaikan dengan pekerjaan. Presenter misalnya, harus menunjukkan intensitas emosi yang sesuai dengan acara yang dibawakannya.
- Frekuensi dan durasi : frekuensi dan durasi yang diperlukan untuk tenaga kerja emosional juga harus disesuaikan dengan kemampuan frekuensi dan durasi yang dimiliki karyawan.
2.12 Hubungan Antara Jenis kelamin dan emosi.
Bukti menunjukkan bahwa perbedaan antara pria dan
wanita dalam hal emosi adalah bila menyangkut reaksi emosional dan kemampuan
untuk membaca orang lain. Wanita menunjukkan ungkapan emosi yang lebih besar
daripada pria, mengalami emosi secara lebih hebat, lebih nyaman
dalammengungkapkan emosi, lebih baik dalam membaca petunjuk-petunjuk non-verbal
dan paralinguistik, dan lebih sering menampilkan ekspresi dari emosi yang
positif maupun negatif, kecuali kemarahan.
Batasan-batasan
eksternal terhadap emosi
Batasan-batasan
eksternal ada 2, yaitu :
-
Pengaruh organisasional, menyesuaikan dengan perangkat emosional yang dicari organisasi.
-
Pengaruh budaya, menyesuaikan dengan norma-norma budaya di negara setempat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana
seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain.
Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa
diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
Emosi adalah reaksi terhadap suatu objek, bukan suatu
sifat. Sedangkan suasana hati tidak dikaitkan dengan suatu objek. Emosi dapat
berubah menjadi suasana hati bila kita kehilangan fokus pada objek yang
kontekstual
3.2 Saran.
Seperti yang kita ketahui kepribadian dan emosi
memilki definisi dan ciri ciri yang sudah disebutkan diatas, maka untuk dapat
meningkatkan kinerja dalam prilaku organisasi kita hendaknya tahu betul apa itu
pengertian ciri manfaat serta memahami apa itu emosi dan kepribadian seseorang
sehingga dalam proses pengorganisasian tidak terjadi kesalahan dalam perekrutan
di dunia kerja nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar